Halo.. aku Lana.
Seorang cewek berusia 19tahun yang "kadang-kadang" moody.
Kadang-kadang suka diem sendiri, nangis sendiri. Aku ini peduli sekali sama yang namanya "ke-harmonisan" rumah tangga.
Kadang-kadang suka diem sendiri, nangis sendiri. Aku ini peduli sekali sama yang namanya "ke-harmonisan" rumah tangga.
Dan aku sangat sayang
pada Ibuku.
Ok... aku pengen nge-share sesuatu yang berhubungan dengan keluarga.
Bukan mau sharing tentang aib keluarga sih.... tapi cuma pengen
ngeluarin unek-unek hati aja.
Keluarga adalah segalanya buat aku. Keluarga ada di nomor urutan ke-2 setelah Ibu.
Tapi alangkah lebih indahnya lagi jika di urutan ke-2 itu ada Ayah. Bukan keluarga.
Tapi alangkah lebih indahnya lagi jika di urutan ke-2 itu ada Ayah. Bukan keluarga.
Aku ini bisa di bilang anak broken home.
Broken home bukan cuma berarti
orangtuanya pisah kan? Bagaimana dengan jika yang kedua orangtuanya
bertengkar hampir seriap hari?
Kebahagiaan dan menganggap rumah itu sebagai "rumah" sangat jarang aku
rasakan.
Rumah adalah tempat dimana kamu bisa merasakan kenyamanan di
dalam keluarga, bukan tempat yang bisa seperti neraka.
Setiap hari kamu
harus selalu menjaga sikap, kata, tingkah laku, perbuatan, setiap hari
setelah kamu dari beraktivitas merasa was-was apa yang telah terjadi di
rumah, dll. Jangan sampai melakukan sesuatu yang menurut Ayah mu itu
salah. Maka kamu akan dijebloskan ke jurang neraka.
Itulah tempat ku yang disebut RUMAH.
Suasana damai ditempat ini hanya bisa dirasakan beberapa hari dalam satu
minggu.
Kadang, orang yang aku panggil "Ayah", bisa menjadi malaikat.
Bisa menjadi Iblis yang menakutkan.
Ketika ia sedang menjadi malaikat, aku sangat senang, merasa nyaman didekatnya, aku merasa sangat sayang kepadanya.
Ketika ia sedang menjadi malaikat, aku sangat senang, merasa nyaman didekatnya, aku merasa sangat sayang kepadanya.
Tapi ketika keadaan itu
berbaik 180°, rasanya aku tidak ingin mempunyai seorang Ayah.
Kadang aku
berfikir, mungkin rumah ini akan lebih menjadi tenang dan bahagia,
tidak perlu khawatir memikirkan bagaimana keadaan rumah ketika aku
sedang diluar, bagaimana Ibu ku apakah dia baik-baik saja, kalau tidak
ada seorang Ayah.
Keadaan rumah yang seperti ini sudah aku dapatkan sejak aku kecil.
Sejak
aku kecil aku sudah melihat kedua orangtua yang sangat aku sayangi
bertengkar di depanku.
Aku sudah pernah melihat Ayah memecahkan piring
di depanku hingga pecahan piring itu melukai kakiku. Hingga sekarang,
pada usia ku yang sudah ke19 tahun ini.
Asal terjadinya pertengkaran antara kedua orangtuku itu bisa dibilang
sepele.
Terkadang masalah ekonomi, kadang-kadang juga hanya karena
masakan Ibuku yang tidak enak menurut Ayahku.
Pernah ketika aku di kelas 2 smp, malam itu Ayah dan Ibuku bertengkar hingga Ibuku mengucapkan kata cerai pada Ayah.
Aku menyaksikan pertengkaran mereka sambil menangis dan merelai mereka berdua. Aku malah disuruh Ayahku masuk ke kamar.
Saat itu dirumah aku hanya bertiga bersama Ayah dan Ibu. Kakak ku yang pertama dan Abangku yang ketiga sudah menikah, sehingga mereka sudah tinggal dirumahnya maaing-masing. Sedangkan kakak ku yang kedua bekerja di Lubuk Linggau.
Aku menyaksikan pertengkaran mereka sambil menangis dan merelai mereka berdua. Aku malah disuruh Ayahku masuk ke kamar.
Saat itu dirumah aku hanya bertiga bersama Ayah dan Ibu. Kakak ku yang pertama dan Abangku yang ketiga sudah menikah, sehingga mereka sudah tinggal dirumahnya maaing-masing. Sedangkan kakak ku yang kedua bekerja di Lubuk Linggau.
Malam itu aku menelpon kakak ku yang kedua sambil
menangis, dia terus menanyakan bagaimana keadaan Ibu dan menyuruh untuk
pergi dari rumah.
Masalah selesai.
Terakhir kali pertengkaran Ayah dan Ibu, aku mengancam
mereka jika hal ini tetap terjadi aku akan bunuh diri.
Ibuku menangis.
Aku tidak pernah melihat Ayah menangis. "Apakah dia tidak punya hati?"
Pertanyaan inilah yang sering aku tanyakan pada diri sendiri.
Ayah,
Aku sangat menyanyangimu.
Setiap kali aku berdoa demi
kebaikanmu.
Setiap kali aku meminta kepada Tuhan agar kau diberikan
kesadaran dan kasih sayang yang luar biasa pada kami.
Ayah,
Akulah
satu-satunya anakmu yang masih menyanyangimu.
Jangan biarkan aku menjadi benci padamu, Ayah...
Ibu,
Aku menyayangimu.
Aku rela jika harus bertukar posisi
dengamu.
Akupun selalu berdoa untukmu agar kau selalu diberikan
kesehatan dan kesabaran yang luar biasa oleh Tuhan.
Ibu,
Aku mohon tetap
kuat.
Tetap bersamaku.
Jangan pernah menyerah.
Jangan pernah berpikir
untuk meninggalkan "rumah"
Your diarest Daughter......